THALASSEMIA (Talasemia) --- Penyakit Darah Turunan
Thalassemia (Talasemia)
merupakan penyakit darah resesif autosomal yang diwariskan atau
diturunkan. Pada penderita thalassemia, cacat genetic menyebabkan
tingkat pembentukan salah satu rantai-rantai globin yang
menyusun hemoglobin menjadi berkurang . Sintesa salah satu rantai
globin yang berkurang tersebut dapat menyebabkan pembentukan molekul
hemoglobin yang abnormal, sehngga menyebabkan anemia, sebagai gejala khas thalassemia yang nampak.
Penderita Talasemia mempunyai masalah dengan jumlah globin yang disintesis terlalu sedikit, sedangkan “anemia sel sabit” (hemoglobinopathy atau kelainan pada hemoglobin) adalah masalah kualitatif dari sintesis globin yang berfungsi tidak benar. Talasemia biasanya menyebabkan rendahnya produksi protein-protein globin yang normal. sering kali melalui mutasi pada gen pengatur. Hemoglobinopathy (kelainan pada hemoglobin) menunjukan kelainan struktural dalam protein globin itu sendiri. Dua kondisi bisa terjadi overlap, namun, karena sebagian kondisi yang menyebabka abnormalitas pada protein-protein globin (hemoglobinopathy)
juga mempengaruhi pada hasilnya (talasemia). Dengan demikian, beberapa
thalassemia adalah hemoglobinopathy, tapi sebagian besar bukan. Salah
satu atau kedua kondisi tersebut dapat menyebabkan anemia.
SEKILAS TENTANG ANEMIA - KEKURANGAN DARAH
Anemia
berasal dari bahasa Yunani kuno “anaimia” yang berarti kekurangan
darah. Anemia adalah suatu kondisi dimana terjadi penurunan jumlah
sel-sel darah merah atau jumlah hemoglobin dalam darahnya kurang dari
normal.
Anemia menyebabkan hipoksia (kekurangan oksigen) pada organ penderitannya sebab hemoglobin dalam sel darah merah yang berkurang berakibat oksigen yang dibawa dari paru-paru ke jaringan tubuh juga menjadi berkurang. Oleh karenanya berbagai tingkat anemia dapat memiliki berbagai konsekuensi klinis. Maka tidak mengeherankan jika gejala anemia ditunjukan dengan merasa cepat lelah, pucat, gelisah, dan terkadang sesak.
Ada 3 kelompok utama anemia (karena penyebabnya):
Anemia menyebabkan hipoksia (kekurangan oksigen) pada organ penderitannya sebab hemoglobin dalam sel darah merah yang berkurang berakibat oksigen yang dibawa dari paru-paru ke jaringan tubuh juga menjadi berkurang. Oleh karenanya berbagai tingkat anemia dapat memiliki berbagai konsekuensi klinis. Maka tidak mengeherankan jika gejala anemia ditunjukan dengan merasa cepat lelah, pucat, gelisah, dan terkadang sesak.
Ada 3 kelompok utama anemia (karena penyebabnya):
1. Perdarahan (hemorrhaghe) yang berlebihan
Akut (mendadak)
- Kecelakaan
- Pembedahan
- Persalinan
- Pecah pembuluh darah
- Kecelakaan
- Pembedahan
- Persalinan
- Pecah pembuluh darah
Kronik (menahun)- Perdarahan hidung
- Wasir (hemoroid)
- Ulkus peptikum
- Kanker atau polip di saluran pencernaan
- Tumor ginjal atau kandung kemih
- Perdarahan menstruasi yang sangat banyak
- Wasir (hemoroid)
- Ulkus peptikum
- Kanker atau polip di saluran pencernaan
- Tumor ginjal atau kandung kemih
- Perdarahan menstruasi yang sangat banyak
- Berkurangnya pembentukan sel darah merah (ineffective hematopoiesis)
- Kekurangan zat besi
- Kekurangan vitamin B12
- Kekurangan asam folat
- Kekurangan vitamin C
- Penyakit kronik - Meningkatnya penghancuran sel darah merah (hemolisis)
- Pembesaran limpa
- Kerusakan mekanik pada sel darah merah
- Reaksi autoimun terhadap sel darah merah
- Hemoglobinuria nokturnal paroksismal
- Sferositosis herediter
- Elliptositosis herediter
- Kekurangan G6PD
- Penyakit sel sabit
- Penyakit hemoglobin C
- Penyakit hemoglobin S-C
- Penyakit hemoglobin E
- Thalasemia
Gejala
Gejala-gejala yang ditunjukan karena pasokan oksigen yang tidak mencukupi kebutuhan ini, bervariasi. Anemia
bisa menyebabkan kelelahan, kurang tenaga, kepala terasa melayang,
pucat, gelisah, dan terkadang sesak. Kondisi anemia yang bertambah berat
bisa menyebabkan stroke atau serangan jantung.
Pencegahan & Pengobatan
Kadar
hemoglobin dapat diditeksi melalui pemeriksaan darah di laboratorium.
Pemerikasaan darah meliputi pemeriksaan sel darah merah (RBC),
hematokrit, hemoglobin, sel darah putih (WBC), komponen sel darah putih,
dan trombosit.
Penderita anemia
dapat mengonsumsi suplemen besi untuk memulihkan kekurangan sel darah
merah tersebut. Selain itu, vitamin B12 juga diperlukan. Jalan terakhir
jika anemia sudah mencapai stadium akut adalah dengan transfusi darah.Penyakit talasemia sangat umum di kalangan orang-orang Mediterania, sehinga kaitan geografis inilah yang menjadi sejarah penamaan penyakit talasemia ini: Thalassa (θάλασσα) adalah bahasa Yunani untuk laut, Haema (αἷμα) adalah bahasa Yunani untuk darah.
Umumnya, talasemia
adalah lazim dalam populasi yang berevolusi pada iklim lembab di mana
penyakit malaria merupakan endemik. Thalassemia bisa menyerang semua
ras, para penderita thalassemia harus dicegah dari malaria karena
sel-sel darahnya mudah degradasi.
Di
Eropa, konsentrasi tertinggi penyakit ini ditemukan di Yunani dan di
bagian Italia, khususnya, Italia Selatan dan bagian bawah lembah Po. Pulau-pulau Mediterania utama (kecuali Balearik) seperti Sisilia, Sardinia, Malta, Korsika, Siprus dan Kreta adalah yang yang paling banyak ditemukan penyakit talasemia.
Orang-orang Mediterania lain, dan juga orang-orang di sekitar
Mediterania, juga memiliki tingkat penderita talasemia yang tinggi,
termasuk Timur Tengah dan Afrika Utara. Jauh dari Mediterania, Asia
Selatan juga cukup banyak penderitanya, dengan konsentrasi carrier
tertinggi di dunia (18% dari populasi) berada di Maladewa.
Penderita talasemia
diklasifikasikan menurut rantai mana dari molekul hemoglobin-nya yang
terkena. Pada penderita α thalassemia, produksi rantai α globin itulah
yang terkena, sedangkan pada talasemia β produksi rantai β globin-nya
yang terkena.
Talasemia menghasilkan suatu kekurangan α atau β globin, tidak seperti penyakit sel sabit (sickle-cell disease) yang menghasilkan bentuk mutan spesifik dari β globin .
Rantai β globin disandikan oleh suatu gen pada kromosom 11; rantai α globin dikodekan oleh dua gen yang terkait erat pada kromosom 16. Dengan demikian, pada orang normal dengan dua salinan dari setiap kromosom, ada dua lokus pengkodean pada rantai β, dan empat lokus pengkodean pada rantai α. Penghilangan salah satu lokus α memiliki prevalensi tinggi pada orang-orang keturunan Afrika atau Asia, membuat mereka lebih mungkin untuk terserang thalassemia α. Thalassemia β pada umumnya diderita oleh orang-orang Afrika, juga di Yunani dan Italia.
Talasemia menghasilkan suatu kekurangan α atau β globin, tidak seperti penyakit sel sabit (sickle-cell disease) yang menghasilkan bentuk mutan spesifik dari β globin .
Rantai β globin disandikan oleh suatu gen pada kromosom 11; rantai α globin dikodekan oleh dua gen yang terkait erat pada kromosom 16. Dengan demikian, pada orang normal dengan dua salinan dari setiap kromosom, ada dua lokus pengkodean pada rantai β, dan empat lokus pengkodean pada rantai α. Penghilangan salah satu lokus α memiliki prevalensi tinggi pada orang-orang keturunan Afrika atau Asia, membuat mereka lebih mungkin untuk terserang thalassemia α. Thalassemia β pada umumnya diderita oleh orang-orang Afrika, juga di Yunani dan Italia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar